“Pertanyaan konyol.”
Mungkin itu kata Anda. Baik Anda yang, maaf, saat ini sedang sakit, atau salah satu anggota keluarganya – atau
malah hanya temannya – ada yang sedang sakit.
Sama halnya dengan
tidak ada orang yang ingin sakit, semua orang yang sakit PASTI ingin sembuh.
Secepatnya.
Karena jika
kesembuhannya terlalu lama, sakitnya berlarut-larut, itu akan berisiko:
- Menambah besar pengeluaran, antara lain untuk biaya berobat,
- Menambah beban pikiran,
- Keluarga makin susah ngapa-ngapain,
- Penyakitnya pun mungkin makin bertambah parah, serta berpotensi merenggut jiwa.
Mustahil saya tidak
tahu itu.
“Terus, ngapain pake nanya lagi?”
Itu mungkin pendapat
Anda.
***
Mohon Jangan Kesal
Dulu
Yah, Anda benar.
Termasuk jika karena judul tulisan ini Anda kesal pada saya.
Tapi mohon jangan
kesal dulu.
Pertanyaan itu pernah
ditanyakan Tuhan Yesus kepada orang yang sudah lumpuh selama “38” tahun pada +
2.000 tahun yang lalu.
Anda bisa baca itu di
Yohanes 5: 5-6. Berikut ini ayatnya.
5:5
|
Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun
lamanya sakit.
|
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena
Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia
kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"
|
Oleh karena itu,
pertanyaan yang sama saya jadikan judul sekaligus saya ajukan pada Anda jika
saat ini sedang sakit. Baik itu yang berat,
parah, kronis, ataupun ringan.
Diabetes, gagal
ginjal, ataupun darah tinggi. Atau
bahkan yang lebih berat dari itu, kanker atau tumor – seperti yang saya derita
saat ini.
Persoalannya bukan
mengapa saya mengangkat tulisan ini.
Pertanyaan ini
sesungguhnya juga saya tujukan buat diri saya sendiri. Semacam self-talk
gitu. Saya bertanya pada diri saya sendiri:
"Maukah engkau sembuh?"
***
Makna dan
Filosifi di Balik Pertanyaan Tuhan
Kembali ke Anda.
Jika iya ingin sembuh,
mari kita renungkan mengapa Tuhan Yesus bertanya seperti itu.
Mustahil Tuhan Yesus tidak
tahu orang lumpuh itu ingin sembuh.
Sudah 38 tahun orang
lumpuh itu berjuang untuk masuk ke dalam kolam Betesda (“rumah belas kasihan”) yang
saat malaikat datang – ditandai dengan air bergolak –yang lebih dulu masuk ke
kolam beroleh berkat kesembuhan.
Mata batin Tuhan Yesus,
mata Illahi-Nya, tentu melihat semuanya. Bandingkan dengan Mazmur 139:4.
Tapi Tuhan Yesus mengajukan
pertanyaan tersebut dengan sengaja, dengan tujuan untuk mengetahui, apakah orang
lumpuh itu (baca: Anda termasuk saya):
- Masih memiliki keyakinan untuk sembuh?
- Masih tetap punya pengharapan?
- Masih tetap percaya kepada-Nya?
- Masih tetap tekun meminta (berdoa)?
- Masih tetap teguh hatinya?
- Masih tetap terus berkomitmen meraih apa yang diidam-idamkannya?
- Dan Masih mau sembuh?
Perhatikan kata
“masih” di situ.
Apa maksud saya
menulis demikian?
Karena pikiran manusia
mudah dan gampang goyah. Mudah dan gampang berubah pikiran.
Yang sedihnya ketika
goyah, ketika berubah, mau mendukakan Tuhan Yesus mencari alternatif kesembuhan
dari sumber yang amat dibenci Tuhan.
Lewat dukun, misalnya.
Camkan ini:
Pikiran, perasaan dan
keinginan manusia dibiarkan bebas oleh Tuhan Yesus di situ. Pilihan Anda dan
saya yang akan membuat Tuhan Yesus mengambil keputusan.
Pilihan Anda dan saya
akan berjalan-jalan mengebara ke jalan yang sesat, pergi ke dukun, misalnya
atau tetap berpegang teguh pada janji Tuhan.
Itu makna di balik pertanyaan Tuhan Yesus tadi.
Puji syukur, orang
lumpuh tersebut tetap teguh menunggu kesempatan dan mau sembuh. Dibuktikan dengan kesabarannya menunggu
kesempatan datang untuk masuk ke kolam Betesda tersebut, ketidak-putus-asaannya
di tengah keterbatasan atau handikap yang dimilikinya.
Maka itulah pada
akhirnya – kesembuhan – yang diberikan Tuhan Yesus padanya.
Lalu Bagaimana Agar
Anda Sembuh?
Ini selalu saya
ulang-ulang dalam banyak tulisan saya. Minta, cari dan ketuk. 3 kata untuk mujizat kesembuhan. Untuk tidak mengulangi, nanti Anda bisa baca di sini.
Lukas 11:9
|
Oleh karena itu Aku
berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu
|
Selalulah
hadirkan Tuhan dalam setiap perkataan, pikiran, perasaan, kehendak dan
perbuatan Anda.
Jikalau kamu tinggal di
dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu
kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
|
Miliki iman yang teguh
dan percaya bahwa kesembuhan sudah Anda dapatkan, meski saat ini Anda sedang
memintanya.
Karena itu Aku berkata
kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah
menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.
|
Ini sebagai pembanding:
Mazmur 139:4
|
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya,
semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
|
Untuk yang satu ini,
saya mau memberi ilustrasi sederhana.
Percayalah pada Tuhan, Nikmati Hidupmu. Seperti saya menikmati hidup bersama anak terkasih, Almez dan Azvin. Foto: Zainal Partao |
Kisahnya sama seperti
halnya ketika Anda menjadi nasabah sebuah bank.
Saat dihubungi pihak
bank, Anda diberitahu telah mendapatkan doorprize atau undian berhadiah utama
berupa sebuah mobil merek xxx, Anda pasti akan sangat berterima kasih,
berbunga-bunga, dan bercerita ke
mana-mana, seolah Anda sudah menerima hadiahnya. Padahal belum.
Tidak cukup di situ. Sepanjang
hari, sepanjang waktu hingga saatnya mobil tiba di tangan Anda, Anda akan
mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan.
Mengapa di situ Anda
berani berkata kemana-mana seolah sudah menerima mobil xxx?
Karena Anda yakin dan
percaya. Karena telepon yang masuk ke Anda bukan bernomor 021 xxxx xxxx atau 081x xxxx xxxx
tapi 1xxxx.
Cuma 5 digit angkanya.
Jika nomor telepon yang
jumlahnya 5 digit membuat Anda yakin seolah sudah menerima doorprize atau
undian berhadiah, katakanlah “Gebyar XXXX”, lalu kenapa bunyi nomor pasal
dan ayat-ayat alkitab tidak Anda yakini itu benar?
Apakah bunyi nomor
pasal dan ayat-ayat pada alkitab itu tidak membuat Anda yakin bahwa informasi DAN
– bukan hanya INFORMASI – TAPI KESEMBUHAN ITU SENDIRI sudah Anda terima dan itu
datang dari Tuhan?
Masih Ragu?
Tidakkah Itu Kedegilan?
Bagaimana jika tidak sembuh?
Nah, di sinilah
kekeliruan Anda. Ya, Anda dan saya sudah membuat kekeliruan.
Tetaplah
berpengharapan. Tetaplah berkeyakinan
bahwa Anda sudah sembuh! Terus begitu.
Lupakan kata, “Bagaimana jika tidak sembuh?”
Jika Anda punya anak,
ketika Anda berjanji akan membeli mobil-mobilan, apakah anak Anda terus rewel
meminta? Tidak. Dia percaya pada Anda.
Jika Anda tidak juga
kunjung membelikannya, justru Anda yang merasa berdosa. Setiap melihat anak Anda.
Baik saat dia
sedang tidur pulas, atau sedang bermain sendiri.
Sama Tuhan pun sama.
Ingat kisah janda yang
tidak pernah bosan meminta pembebasan dari hukumannya kepada hakim yang lalim
dan tidak mempercayai dan tidak takut pada Tuhan? Tuhan Yesus sendiri yang
bercerita tentang itu lho.
Baca Lukas
18:1-8.
Kisah Lazarus yang
setelah mati dihidupkan lagi oleh Tuhan Yesus.
Tidakkah ini membuat Anda berketatapan hati? Baca Yohanes 11:1-44.
Kisah Raja Hizkia yang
sudah ditetapkan Tuhan untuk mati, namun karena Hizkia meminta dengan sungguh
pada Tuhan, Tuhan tidak jadi memanggil nyawanya, justru menambah panjang
usianya selama 15 tahun? Baca Kisah 2 Raja-Raja
20:1-11.
Banyak kisah lain di
alkitab yang membuktikan Tuhan maha kasih yang menjawab setiap permintaan
anaknya.
Sekali lagi jangan
ragu.
Flashback untuk
Mengingatkan Anda
Jika Anda tidak yakin akan
kesembuhan itu sendiri, maka pasti ia tidak datang. Itu yang pertama.
Baik Anda percaya pada Tuhan ataupun tidak.
(Tapi tolong
diingat. Jangan pula karena tulisan barusan ini lalu Anda berkesimpulan bahwa
yang menyembuhkan Anda adalah keyakinan Anda, bukan Tuhan.)
Kedua, coba ingat-ingat, ketika dulu Anda belum
divonis penyakit berat, mengapa Anda merasa sudah sembuh ketika keluar dari
ruang praktek dokter meski obatnya sendiri belum Anda minum?
Kenapa ketika penyakit
ringan Anda berpikiran seperti itu, tapi ketika dokter berkata Anda kena
penyakit berat Anda memiliki pemikiran yang berbeda?
Ketiga, keraguan Anda, ketidak percayaan Anda, kekuatiran
Anda, bisakah itu menambah panjang sehari umur Anda?
Siapakah di antara kamu
yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?
|
Keempat, kepercayaan Anda membuat Anda bersyukur.
1 Tesalonika 5:18
|
Mengucap syukurlah dalam
segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kamu.
|
||
Amsal
17:22
|
Hati yang gembira adalah
obat yang manjur,
tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang.
|
||
Jadi pertanyaannya,
ini Tuhan Yesus yang bertanya, “Maukah Anda sembuh?”
Yakinkan diri Anda,
posisikan diri Anda sebagai orang yang sudah sembuh.
Bonus dan Tips
dari Saya
Ini bonus dan tips dari
saya.
Saya baru saja menanam
sendiri halaman depan rumah saya dengan rumput gajah. Setiap pagi saya sirami.
Rumput Gajah Kesayangan Saya. Foto: Zainal Partao. |
Saya bertanya pada
petani rumput, bagaimana cara menanamnya.
Lalu dia ajarin saya. Cuma dipatahkan sesuai ukuran yang dikehendaki,
lalu ditekan di tanah yang sudah digemburkan, rumputnya. Setelah itu di atasnya ditaburi tanah merah
yang sama, lalu disiram.
Kini setiap pagi dan
setiap sore saya sirami.
Setiap saya capek
menulis, pekerjaan saya sekarang ini jualan tulisan, saya keluar merawat rumput
saya. Ditemani anjing saya Shino, saya mencabuti
rumput yang liar, sambil mengucap syukur, saya sudah sembuh.
Ternyata sunggguh
nikmat sekali hidup yang saya jalani. Saya
lupa pada nyeri di lidah dan bibir, saya lupa pada kanker dan tumor saya.
Oh ya. Satu hal yang saya lupa sebutkan, saya
percaya pada petani rumput tentang bagaimana menanam rumput yang benar.
Shino yang Selalu Setia Menemani. Foto: Zainal Partao |
Lalu, yang saya
lakukan persis seperti yang dia katakan, tidak ragu, tidak takut apalagi tidak
percaya. Sungguh nyata, rumput saya
tumbuh subur, meski tanpa saya pupuk.
Yang dapat dipelajari di
sini: percaya, jalani apa yang diperintahkan, selebihnya serahkan pada Tuhan.
Atau jikapun Anda
memang sudah waktunya untuk dipanggil pulang, ingat, dipanggil pulang oleh Tuhan
itu bukan karena penyakit Anda.
Penyakit Anda tidak
mematikan Anda. Baca kisah Ayub.
Ayub. 2:6
|
Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah,
ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."
|
Yang membuat Anda mati
(maaf kasar sekali tulisan ini) adalah waktu yang Tuhan tetapkan. Karena kita sehat ataupun sakit akan mati
juga.
Sekali lagi, bukan
penyakit yang mematikan Anda tapi memang sudah waktunya Anda pulang.
Nah, menunggu waktu
kepulangan Anda, seperti ketika Anda di bandara, menunggu keberangkatan pesawat
yang akan Anda tumpangi, nikmati hidup dengan bercengkerama dengan keluarga
yang mengantar, membaca buku, bermain game di smart phone atau mengupdate status di FB, twitter atau yang lainnya.
Semua itu Anda lakukan
sampai tiba waktunya, ada panggilan dari petugas bandara untuk masuk pesawat, dan
sampai akhirnya ada perintah untuk mematikan gadget karena pesawat akan take
off.
Nah, seperti menunggu
perintah mematikan gadget, sama … nikmati hidup Anda, bukan karena penyakit,
tapi karena masih ada waktu untuk menikmati dan bersyukur pada berkat-berkat
yang diberikan Tuhan sebelumnya.
Bagaimana menurut
Anda?
Tuhan memberkati Anda.
Zainal
Abidin Partao
Pengidap Kanker Lidah
dan Tumor Mediastinum yang masih menunggu penggenapan kesembuhan dari Tuhan.
NB 1: Anda merasa tulisan ini bermanfaat? Share
atau bagikan ke teman Anda melalui social
sharing di bawah ini maupun di bagian atas tulisan ini.
Atau Anda ingin
bertanya, sharing dan diskusi dengan penulis? Silahkan. Ini link saya:
- Facebook: www.facebook.com/zainal70
- Pin BB : 7D539BE8
- Line: zainalpartao
- HP: SMS: 0812 9778 7637 & Phone: 021 7001 0878
- Email: zainalpartao@gmail.com
NB 2: Saya juga akan berterima kasih bila Anda berkeinginan lalu sudi untuk berbagi berkat dengan menjadi donatur pada blog ini. Donasi Anda sebagian untuk meningkatkan pelayanan melalui blog ini dan sebagian akan saya berikan kepada saudara-saudara kita yang juga tengah mengalami sakit penyakit ataupun kesulitan ekonomi dalam hidupnya. Tuhan Memberkati Anda.