Maukah Engkau Sembuh?




“Pertanyaan konyol.”

Foto: Samantha, Palmer House Photography, Flicker.com

Mungkin itu kata Anda.  Baik Anda yang, maaf, saat ini sedang sakit, atau salah satu anggota keluarganya – atau malah hanya temannya – ada yang sedang sakit.

Sama halnya dengan tidak ada orang yang ingin sakit, semua orang yang sakit PASTI ingin sembuh. Secepatnya.

Karena jika kesembuhannya terlalu lama, sakitnya berlarut-larut, itu akan berisiko:
  • Menambah besar pengeluaran, antara lain untuk biaya berobat, 
  • Menambah beban pikiran, 
  • Keluarga makin susah ngapa-ngapain,
  • Penyakitnya pun mungkin makin bertambah parah, serta berpotensi merenggut jiwa.
Mustahil saya tidak tahu itu. 

Terus, ngapain pake nanya lagi?”

Itu mungkin pendapat Anda.
***
Mohon Jangan Kesal Dulu
Yah, Anda benar. Termasuk jika karena judul tulisan ini Anda kesal pada saya.

Tapi mohon jangan kesal dulu.

Pertanyaan itu pernah ditanyakan Tuhan Yesus kepada orang yang sudah lumpuh selama “38” tahun pada + 2.000 tahun yang lalu.

Anda bisa baca itu di Yohanes 5: 5-6.  Berikut ini ayatnya.

5:5
Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"

Oleh karena itu, pertanyaan yang sama saya jadikan judul sekaligus saya ajukan pada Anda jika saat ini sedang sakit.  Baik itu yang berat, parah, kronis, ataupun ringan.

Diabetes, gagal ginjal, ataupun darah tinggi.  Atau bahkan yang lebih berat dari itu, kanker atau tumor – seperti yang saya derita saat ini.

Persoalannya bukan mengapa saya mengangkat tulisan ini.

Pertanyaan ini sesungguhnya juga saya tujukan buat diri saya sendiri.  Semacam self-talk gitu. Saya bertanya pada diri saya sendiri:

"Maukah engkau sembuh?"
***

Makna dan Filosifi di Balik Pertanyaan Tuhan
Kembali ke Anda.

Jika iya ingin sembuh, mari kita renungkan mengapa Tuhan Yesus bertanya seperti itu.

Mustahil Tuhan Yesus tidak tahu orang lumpuh itu ingin sembuh.

Sudah 38 tahun orang lumpuh itu berjuang untuk masuk ke dalam kolam Betesda (“rumah belas kasihan”) yang saat malaikat datang – ditandai dengan air bergolak –yang lebih dulu masuk ke kolam beroleh berkat kesembuhan. 

Mata batin Tuhan Yesus, mata Illahi-Nya, tentu melihat semuanya. Bandingkan dengan Mazmur 139:4.

Tapi Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan tersebut dengan sengaja, dengan tujuan untuk mengetahui, apakah orang lumpuh itu (baca: Anda termasuk saya):
  • Masih memiliki keyakinan untuk sembuh?
  • Masih tetap punya pengharapan?
  • Masih tetap percaya kepada-Nya?
  • Masih tetap tekun meminta (berdoa)?
  • Masih tetap teguh hatinya?
  • Masih tetap terus berkomitmen meraih apa yang diidam-idamkannya?
  • Dan Masih mau sembuh?
Perhatikan kata “masih” di situ. 

Apa maksud saya menulis demikian?

Karena pikiran manusia mudah dan gampang goyah. Mudah dan gampang berubah pikiran.

Yang sedihnya ketika goyah, ketika berubah, mau mendukakan Tuhan Yesus mencari alternatif kesembuhan dari sumber yang amat dibenci Tuhan.  Lewat dukun, misalnya.

Camkan ini:

Pikiran, perasaan dan keinginan manusia dibiarkan bebas oleh Tuhan Yesus di situ. Pilihan Anda dan saya yang akan membuat Tuhan Yesus mengambil keputusan.

Pilihan Anda dan saya akan berjalan-jalan mengebara ke jalan yang sesat, pergi ke dukun, misalnya atau tetap berpegang teguh pada janji Tuhan.  Itu makna di balik pertanyaan Tuhan Yesus tadi.

Puji syukur, orang lumpuh tersebut tetap teguh menunggu kesempatan dan mau sembuh.  Dibuktikan dengan kesabarannya menunggu kesempatan datang untuk masuk ke kolam Betesda tersebut, ketidak-putus-asaannya di tengah keterbatasan atau handikap yang dimilikinya.

Maka itulah pada akhirnya – kesembuhan – yang diberikan Tuhan Yesus padanya.

Lalu Bagaimana Agar Anda Sembuh?

Ini selalu saya ulang-ulang dalam banyak tulisan saya. Minta, cari dan ketuk.  3 kata untuk mujizat kesembuhan.  Untuk tidak mengulangi, nanti Anda bisa baca di sini.

Lukas 11:9

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu

Selalulah hadirkan Tuhan dalam setiap perkataan, pikiran, perasaan, kehendak dan perbuatan Anda. 


Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Miliki iman yang teguh dan percaya bahwa kesembuhan sudah Anda dapatkan, meski saat ini Anda sedang memintanya. 


Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

Ini  sebagai pembanding:

Mazmur 139:4
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.


Untuk yang satu ini, saya mau memberi ilustrasi sederhana.
Percayalah pada Tuhan, Nikmati Hidupmu. Seperti saya menikmati hidup bersama anak terkasih, Almez dan Azvin. Foto: Zainal Partao

Kisahnya sama seperti halnya ketika Anda menjadi nasabah sebuah bank. 

Saat dihubungi pihak bank, Anda diberitahu telah mendapatkan doorprize atau undian berhadiah utama berupa sebuah mobil merek xxx, Anda pasti akan sangat berterima kasih, berbunga-bunga, dan bercerita ke  mana-mana, seolah Anda sudah menerima hadiahnya.  Padahal belum.

Tidak cukup di situ. Sepanjang hari, sepanjang waktu hingga saatnya mobil tiba di tangan Anda, Anda akan mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan.

Mengapa di situ Anda berani berkata kemana-mana seolah sudah menerima mobil xxx?

Karena Anda yakin dan percaya. Karena telepon yang masuk ke Anda bukan bernomor 021 xxxx xxxx atau 081x xxxx xxxx tapi 1xxxx. 

Cuma 5 digit angkanya.

Jika nomor telepon yang jumlahnya 5 digit membuat Anda yakin seolah sudah menerima doorprize atau undian berhadiah, katakanlah “Gebyar XXXX”, lalu kenapa bunyi nomor pasal dan ayat-ayat alkitab tidak Anda yakini itu benar?

Apakah bunyi nomor pasal dan ayat-ayat pada alkitab itu tidak membuat Anda yakin bahwa informasi DAN – bukan hanya INFORMASI – TAPI KESEMBUHAN ITU SENDIRI sudah Anda terima dan itu datang dari Tuhan?

Masih Ragu? Tidakkah Itu Kedegilan?

Bagaimana jika tidak sembuh?

Nah, di sinilah kekeliruan Anda. Ya, Anda dan saya sudah membuat kekeliruan.

Tetaplah berpengharapan.  Tetaplah berkeyakinan bahwa Anda sudah sembuh!  Terus begitu.

Lupakan kata, “Bagaimana jika tidak sembuh?”

Jika Anda punya anak, ketika Anda berjanji akan membeli mobil-mobilan, apakah anak Anda terus rewel meminta?  Tidak.  Dia percaya pada Anda.

Jika Anda tidak juga kunjung membelikannya, justru Anda yang merasa berdosa.  Setiap melihat anak Anda. 

Baik saat dia sedang tidur pulas, atau sedang bermain sendiri.

Sama Tuhan pun sama.

Ingat kisah janda yang tidak pernah bosan meminta pembebasan dari hukumannya kepada hakim yang lalim dan tidak mempercayai dan tidak takut pada Tuhan? Tuhan Yesus sendiri yang bercerita tentang itu lho.   
Baca Lukas 18:1-8.

Kisah Lazarus yang setelah mati dihidupkan lagi oleh Tuhan Yesus.  Tidakkah ini membuat Anda berketatapan hati?  Baca Yohanes 11:1-44.

Kisah Raja Hizkia yang sudah ditetapkan Tuhan untuk mati, namun karena Hizkia meminta dengan sungguh pada Tuhan, Tuhan tidak jadi memanggil nyawanya, justru menambah panjang usianya selama 15 tahun?  Baca Kisah 2 Raja-Raja 20:1-11.

Banyak kisah lain di alkitab yang membuktikan Tuhan maha kasih yang menjawab setiap permintaan anaknya.

Sekali lagi jangan ragu.

Flashback untuk Mengingatkan Anda
Jika Anda tidak yakin akan kesembuhan itu sendiri, maka pasti ia tidak datang.  Itu yang pertama.  Baik Anda percaya pada Tuhan ataupun tidak.

(Tapi tolong diingat. Jangan pula karena tulisan barusan ini lalu Anda berkesimpulan bahwa yang menyembuhkan Anda adalah keyakinan Anda, bukan Tuhan.)

Kedua, coba ingat-ingat, ketika dulu Anda belum divonis penyakit berat, mengapa Anda merasa sudah sembuh ketika keluar dari ruang praktek dokter meski obatnya sendiri belum Anda minum?
Kenapa ketika penyakit ringan Anda berpikiran seperti itu, tapi ketika dokter berkata Anda kena penyakit berat Anda memiliki pemikiran yang berbeda?

Ketiga, keraguan Anda, ketidak percayaan Anda, kekuatiran Anda, bisakah itu menambah panjang sehari umur Anda?


Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?


Keempat, kepercayaan Anda membuat Anda bersyukur. 

1 Tesalonika 5:18

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Amsal 17:22

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.





Jadi pertanyaannya, ini Tuhan Yesus yang bertanya, “Maukah Anda sembuh?”

Yakinkan diri Anda, posisikan diri Anda sebagai orang yang sudah sembuh.

Bonus dan Tips dari Saya
Ini bonus dan tips dari saya.

Saya baru saja menanam sendiri halaman depan rumah saya dengan rumput gajah.  Setiap pagi saya sirami.
Rumput Gajah Kesayangan Saya. Foto: Zainal Partao.

Saya bertanya pada petani rumput, bagaimana cara menanamnya.  Lalu dia ajarin saya. Cuma dipatahkan sesuai ukuran yang dikehendaki, lalu ditekan di tanah yang sudah digemburkan, rumputnya.  Setelah itu di atasnya ditaburi tanah merah yang sama, lalu disiram.

Kini setiap pagi dan setiap sore saya sirami.

Setiap saya capek menulis, pekerjaan saya sekarang ini jualan tulisan, saya keluar merawat rumput saya.  Ditemani anjing saya Shino, saya mencabuti rumput yang liar, sambil mengucap syukur, saya sudah sembuh.

Ternyata sunggguh nikmat sekali hidup yang saya jalani.  Saya lupa pada nyeri di lidah dan bibir, saya lupa pada kanker dan tumor saya.

Oh ya.  Satu hal yang saya lupa sebutkan, saya percaya pada petani rumput tentang bagaimana menanam rumput yang benar. 

Shino yang Selalu Setia Menemani. Foto: Zainal Partao
Lalu, yang saya lakukan persis seperti yang dia katakan, tidak ragu, tidak takut apalagi tidak percaya.  Sungguh nyata, rumput saya tumbuh subur, meski tanpa saya pupuk.

Yang dapat dipelajari di sini: percaya, jalani apa yang diperintahkan, selebihnya serahkan pada Tuhan.

Atau jikapun Anda memang sudah waktunya untuk dipanggil pulang, ingat, dipanggil pulang oleh Tuhan itu bukan karena penyakit Anda.

Penyakit Anda tidak mematikan Anda.  Baca kisah Ayub.  

Ayub. 2:6
Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."

Yang membuat Anda mati (maaf kasar sekali tulisan ini) adalah waktu yang Tuhan tetapkan.  Karena kita sehat ataupun sakit akan mati juga.

Sekali lagi, bukan penyakit yang mematikan Anda tapi memang sudah waktunya Anda pulang.

Nah, menunggu waktu kepulangan Anda, seperti ketika Anda di bandara, menunggu keberangkatan pesawat yang akan Anda tumpangi, nikmati hidup dengan bercengkerama dengan keluarga yang mengantar, membaca buku, bermain game di smart phone atau mengupdate status di FB, twitter atau yang lainnya.

Semua itu Anda lakukan sampai tiba waktunya, ada panggilan dari petugas bandara untuk masuk pesawat, dan sampai akhirnya ada perintah untuk mematikan gadget karena pesawat akan take off.

Nah, seperti menunggu perintah mematikan gadget, sama … nikmati hidup Anda, bukan karena penyakit, tapi karena masih ada waktu untuk menikmati dan bersyukur pada berkat-berkat yang diberikan Tuhan sebelumnya.

Bagaimana menurut Anda?

Tuhan memberkati Anda.

Zainal Abidin Partao
Pengidap Kanker Lidah dan Tumor Mediastinum yang masih menunggu penggenapan kesembuhan dari Tuhan.

NB 1: Anda merasa tulisan ini bermanfaat? Share atau bagikan ke teman Anda melalui social sharing di bawah ini maupun di bagian atas tulisan ini.
Atau Anda ingin bertanya, sharing dan diskusi dengan penulis? Silahkan.  Ini link saya:
  • Facebook:  www.facebook.com/zainal70 
  • Pin BB : 7D539BE8
  • Line: zainalpartao
  • HP: SMS:  0812 9778 7637 & Phone: 021 7001 0878
  • Email: zainalpartao@gmail.com

NB 2: Saya juga akan berterima kasih bila Anda berkeinginan lalu sudi untuk berbagi berkat dengan menjadi donatur pada blog ini.  Donasi Anda sebagian untuk meningkatkan pelayanan melalui blog ini dan sebagian akan saya berikan kepada saudara-saudara kita yang juga tengah mengalami sakit penyakit ataupun kesulitan ekonomi dalam hidupnya.  Tuhan Memberkati Anda.