Di Balik Perlakuan Terhadap QWL Ada Tuhan Dan Malaikat Yang Mencatat

  • Lingkungan kerja berpengaruh langsung terhadap sikap kerja karyawan. 
  • Lingkungan juga ikut menentukan prestasi kerja mereka. 
  • Lingkungan kerja yang menyenangkan membuat sikap karyawan positif dan memberi dorongan untuk bekerja lebih tekun dan lebih baik.
Sebaliknya, jika situasi lingkungan tidak menyenangkan, karyawan cenderung meninggalkan lingkungan tersebut.

Itulah hasil kajian Muhammad Idrus yang dituangkannya di Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 1, Juni 2006.

Yang menjadi pertanyaan, berapa banyak CEO, COO, CFO dan para pimpinan level C lain yang memperhatikan lingkungan kerja karyawannya?

Padahal, lingkungan kerja inilah yang membentuk Quality of work life (QWL) - kualitas kehidupan kerja.

Dan kami rasa, seluruh pimpinan di level C paham bahwa QWL yang baik, akan menghasilkan manfaat yang positif yaitu mengurangi:
  • Absenteeism (ketidakhadiran karyawan),
  • Lower turnover (tingkat keluar masuknya karyawan), dan 
  • Improved job satisfaction (meningkatkan kepuasan kerja),
  • To increase the productivity (meningkatkan produktivitas),
  • To create positive attitude in the mind of employees (menciptakan sikap positif dalam pikiran karyawan).
  • To increase the efectiveness of the organization (provitability, goal & accomplishment) (meningkatkan efektivitas organisasi <provitabilitas, tujuan, pencapaian) 

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, mengapa para pimpinan di C level lebih memperindah ruang kerjanya, mempercantik ruang tamunya, dan memulus plus mengkilatkan mobil-mobil mewahnya?
  • Ya, untuk menyenangkan kehidupan pribadinya antara lain.
  • Ya, untuk pencitraan diri, antara lain.
  • Ya, untuk meningkatkan personal image, personal brand, personal reputation, antara lain.  Itu semua bagian dari lobinya, sebagian dari upayanya mendapatkan client atau customernya. 

Tapi, tentunya mereka tetap harus ingat, di belakang mereka ada para pekerja keras yang tidak jarang harus berkeringat darah untuk memuluskan semua strategi promosinya.

Mengapa itu masih bisa terjadi?
  • Ya, pemerintah memang memfasilitasinya,
  • Ya, karyawan memang terpaksa menerimanya, lalu coba-coba, cukup kuat tidak untuk bertahan? Jika tidak kuat, ya keluar dan cari kerja di tempat lain.  (Walau karena nasibnya memang karyawan, ya … akan menemukan situasi dan kondisi yang sama).

Apa pesan moral dari tulisan ini? 
  1. Hanya menghimbau para pimpinan C level, mereka menikmati semua kemewahan itu karena keringat para karyawan. 
  2. Kesedihan hati para karyawan ada yang mencatat, Tuhan dan malaikat yang disuruhnya.

Tambahan lagi, bila karyawan puas, bukan cuma kesetiaan …, doa mereka siang malam buat para pimpinan C level ini dan keluarganya.  Tidak percaya? Tanya pada Tuhan. Lalu tanya pada karyawan.

Salam


Siti Napisah & Zainal Abidin Partao 

CARA TUHAN

Anda tentu pernah tahu siapa Robin Hood dan siapa Si Pitung.  Robin Hood bagi bangsawan Inggris yang menjadi seterunya dia tidak lebih hanyalah sesosok penjahat (perampok) yang amat ditakuti. Tapi bagi kalangan rakyat jelata ia adalah pahlawan.

Si Pitung, bagi kompeni Belanda juga sama, ia adalah penjahat, penipu atau lebih parah lagi sama dengan Robin Hood ia seorang perampok. Tapi bagi rakyat Betawi saat itu (termasuk kita) dia adalah pahlawan yang ikut menyerang penjajah Belanda.
Yang menjadi renungan saya, mudah-mudahan bisa menjadi renungan kita bersama.  Seandainya kita sama seperti rakyat jelata tersebut, sedang kesusahan, belum mendapatkan pekerjaan atau kalaupun ada pekerjaan hasilnya masih kurang.  Kita masih membutuhkan bantuan orang lain.  Sudikah kita menerima bantuan dari penolong yang uangnya boleh didapat dari hasil mencuri?  Mencurinya banyak bentuknya misalnya korupsi, berbohong, manipulasi dan sebagainya. Sudikah kita menerima bantuan darinya? Mudah-mudahan tidak.

Mudah-mudahan rekan-rekan seiman sepakat dengan saya, hanya mau menerima bantuan dari orang yang CARA mendapatkan uangnya diberkati Tuhan. Kita pun hendaknya membantu orang dari hasil yang halal, yang diperoleh dengan CARA yang dikehendaki, diatur dan diperintah Tuhan.
Topik renungan kita adalah soal CARA Tuhan. Mengapa soal CARA ini menjadi perhatian saya? Saya teringat pada kasus yang terjadi pada Uza.  Siapa Uza? Dia hidup di zaman Daud. Kisahnya, Tuhan membunuh dia karena ketika berusaha melindungi tabut Allah agar tidak rusak atau terkena aib karena lembu-lembu yang menarik gerobaknya tergelincir (2 Samuel 6:6-7), caranya salah. Uza melindungi tabut Allah dengan memegangnya.  Itu cara yang salah yang melanggar larangan Tuhan.  Akibat caranya yang salah, dihukumlah dia.
Dari sini soal CARA Tuhan jangan diabaikan, jangan pula menjadi batu sandungan buat kita.
Jika selama ini kita hanya peduli pada:
-       perintah,
-       ajaran,
-       ketetapan,                  
-       aturan,                        Tuhan
-       larangan,
-       kehendak
-       hukum dan
-       suara

dasar kita biasanya mengacu pada Ulangan 28 ataupun seluruh kitab di PB, maka marilah kita juga mulai memperhatikan, mentaati dan mematuhi CARA yang dikehendaki Tuhan.
Soal CARA karena tidak tertulis dengan jelas, kita sering mengabaikannya.  Selain itu, mengapa kita sering mengabaikannya, karena kadang CARA Tuhan buat kita yang suka dengan yang serba instan terkesan lambat.  Contoh: Tuhan membebaskan bangsa Israel dari Mesir butuh 430 tahun.  Yosua untuk menaklukkan Yeriko harus mengelilingi temboknya selama 7 hari.  Lama bertele-tele dan membuat kita tidak sabar.
CARA Tuhan dalam menolong kita juga kadang tidak enak, tidak selalu melalui berkat seperti yang dialami Abraham yang mendapat berkat keturunan, atau Petrus yang dirangkul Tuhan Yesus melalui pemberian berkat ikan banyak.  Cara yang tidak enak itu contohnya pada rasul Paulus.  Ia dirangkul melalui proses kebutaan, dan KITA ANAK-ANAK TUHAN KADANG DIRANGKUL TUHAN MELALUI SAKIT PENYAKIT.
Dan kalau kita perhatikan, kadang memang Tuhan seolah membiarkan CARA yang salah asal TUJUAN-nya baik - berkaca pada kisah Rahab (Yosua 2:2-6)- maka kita cenderung konformis.  Mengijinkan cara yang salah asal tujuannya baik.
Rekan-rekan, mudah-mudahan setelah mengingat berbagai kisah tadi, kita mulai introspeksi diri untuk memperhatikan CARA kita, CARA keluarga kita, CARA teman kita sudah benar atau tidak.  Biarpun tujuannya baik, kalau CARA-nya salah sebaiknya kita hindari. Bisa berakibat pada kematian.
Terakhir, bila saat ini kita sedang sakit, sedang susah, sedang dilanda prahara, sedang penuh masalah yang membuat kepala hampir pecah, berdoalah pada Tuhan, mengucap syukurlah.  Karena itu mungkin salah satu CARA Tuhan dalam memproses kita untuk menuju ke berkat sorgawi yang begitu indah ketika dikenang setelah berkat itu sampai ke tangan kita. Tuhan memberkati kita. Amin. 

Bahan tulisan dari berbagai sumber

Dasa Titah Bukan Benda Seni untuk Dipajang

Ada 2 alasan mengapa dasa titah (10 Perintah Tuhan, Keluaran 20:1-17) tidak popular lagi kata pendeta Agustina Laheba mengutip pendapat pendeta Eka Dharmaputra dalam kotbahnya di GPIB Shalom Depok 26 Juni 2011 lalu.
1.    Orang modern menganggap dasa titah sebagai warisan sejarah yang bernilai tinggi, tapi tidak lagi memiliki manfaat praktis.  Ia seperti benda seni yang perlu diletakkan di tempat khusus dan dijaga dengan hati-hati agar tidak sampai rusak.
Dengan dasar itu, dalam katekisasi pun dasa titah cuma hanya untuk dihapal.
2. Kita menganggap diri kita adalah umat perjanjian baru. Dasa titah telah direformalasi ulang (Matius 22:37-40) menjadi hukum kasih. Apalagi yang mereformulasi adalah Tuhan Yesus sendiri.  Hasilnya pun lebih cocok dengan orang modern yang tidak suka dengan berbagai macam larangan-larangan itu.
Hukum kasih adalah hukum positif.  Jika dihubungkan, bila dasa titah menunjukkan orang salah jalan, maka hukum kasih menunjukkan arah yang benar
Tapi sesunggguhnya menurut pendeta Agustina di dalam dasa titah ada kekayaan spiritual yang nilainya tidak akan pernah hilang.  Ibaratnya baut-baut yang hilang di perjanjian baru bisa ditemukan di dasa titah.
Selain itu, perjanjian lama bukan hanya membahas persiapan kedatangan Tuhan Yesus, tapi juga mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini.  Dengan alasan itu dasa titah harus dan wajib diperhatikan, dihormati dan dihayati.
Bila diibaratkan, saat ingin menikah seseorang pasti harus tahu latar belakang pasangannya dulu. Tujuannya agar tidak salah pilih.
Contoh lain, saat kita akan memakan sejenis makanan tertentu kita pasti akan melihat harganya, repotnya saat membuatnya, dan sebagainya. Dan karena itu kita akan menghargai makanan itu.
Selain penjelasan-penjelasan di atas, untuk diketahui kata pendeta Agustina, pendekatan negatif pun saat ini perlu dijadikan pegangan. Dengan adanya larangan-larangan ini kita tidak sampai kebablasan melakukan berbagai pelanggaran yang membuat Tuhan marah.

Jadikan Senyummu Sebagai Kesaksian

Ada 3 fakta saat ini yang memprihatinkan kita semua yaitu 3 fakta yang membuat generasi muda semakin jauh dari Tuhan dan menyebabkan Tuhan sangat berduka.

Tapi syukurlah karena ada 1 fakta bahwa kamu berkerinduan, meski kecil, yaitu ingin ambil bagian dari tugas yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Dan yang satu ini membuat Tuhan tersenyum.

Pertanyaannya, apakah 3 fakta yang mendukakan Tuhan tadi boleh mengalahkan kamu, mematahkan kerinduan kamu, dari keinginan mengambil bagian dalam tugas suci tersebut? Dapatkah 1 fakta yang kamu miliki mengalahkan 3 fakta yang mendukakan Tuhan tadi? Saya 1001 % yakin, kamu bisa mengalahkan mereka, dan kamu pasti mendapatkan pujian dari Tuhan karenanya.

3 Fakta generasi muda semakin jauh dari Tuhan adalah:

Satu, terlalu seringnya sekarang kata-kata kotor terucap dari mulutnya. Ketemu teman, tidak ketemu teman, menemukan kegembiraan atau kehilangan kegembiraan, yang keluar dari mulutnya adalah umpatan makian, bukan ungkapan syukur.  Padahal kata Tuhan, bukan apa yang masuk ke dalam mulutmu yang haram, tapi apa yang keluar dari mulutmulah yang haram.

Dua, sikap kepada orang tua, bahkan sikap kepada ayah ibu sendiri sudah tidak ada hormat sama sekali. Melawan orang tua dengan cara yang halus sampai cara yang kasar, misalnya, tidak menghargai orang yang lebih tua misalnya (gampang sekali memaki apa lagi bila dirinya merasa dirugikan atau tidak dibantu kepentingannya) ooh gampang sekali.  Padahal Tuhan menyuruh kita untuk menghormati ayah dan ibu serta orang yang lebih tua.

Tiga, menyepelekan DOSA. Fakta kesatu dan kedua tadi akibatnya adalah dosa.  Betul itu. Tapi fakta yang ketiga ini adalah sangat-sangat menyedihkan.  Generasi muda sekarang sangat-sangat gampang sekali memandang rendah dosa. "Apa itu dosa?"; "Seperti apa sih bentuk dosa?"; "Ah sok tua, Luh. Dikit-dikit ngomongin dosa!".  Itu semua ungkapan yang isinya menyepelekan dosa.
        
Dia tidak tahu harga sebuah dosa itu adalah sama dengan darah, penyiksaan, hinaan, makian, dan  nyawa sebuah Pribadi suci bersih tak berdosa.

Sederhananya, walau ini tidak bisa mewakili sama sekali, coba bayangkan kamu sedang menikmati alam yang indah, sedang bersenandung lagu kesenangan, saat hati kamu putih bersih, sekonyong-konyong datang orang menghampiri kamu, tanpa ba bi bu memukul kamu. Apa yang kamu rasakan saat itu?  Ya, kamu mungkin terkejut, tidak tahu harus berbuat apa. Hanya mencoba melap darah yang keluar. Tapi setelah itu, bagaimana perasaan dan pikiran kamu? Mungkin dari bingung, berubah jadi sakit dan marah. Itu belum seberapa. Karena kamu tidak sampai kehilangan nyawa.

Ya. Dosa itu mahal harganya. Dosa itu sama dengan nyawa kita. Dosa itu memutuskan hubungan kita dengan Sang Pencipta, yang kepada-Nya nanti kita datang setelah nyawa tidak ada lagi dalam tubuh kita.  Akibat dosa, kita tidak bisa lagi bertemu Dia, tidak bisa lagi menikmati alam indah surgawi yang nyata, yang saat ini sering kita rindukan di saat kita sedih dan duka.  Di alam surgawi tidak ada kesedihan, kedukaan, kekecewaan. Semua serba indah. Tapi dosa menghilangkan kesempatan kita memasuki alam yang keindahannya tidak ada di bumi ini. Dan sedihnya dosa tidak bisa kita hapus.  Karena tadi sudah kita sebut, harga dosa sama dengan nyawa.  Di sinilah letaknya dimana 1 fakta yang kamu miliki dapat mengalahkan 3 fakta yang membuat orang jauh dari Tuhan.  Apa itu 1 fakta itu? SENYUM.

Dengan satu senyuman tulus dari kamu, kata kotor yang telah terucap yang tadinya merupakan kebanggaan buat yang mengucapkannya menjadi seperti sebuah pedang yang menancap ke ulu hatinya sendiri.  Dengan satu senyuman kamu, teman kamu yang baru mengumpat orang tuanya menjadi malu.  Dengan satu senyuman kamu, orang yang menyepelekan dosa menjadi malu dan sadar.

Itulah bukti yang tadi saya katakan 1 fakta mengalahkan 3 fakta tadi. Jadi, jadikanlah

Jadi, untuk bersaksi, untuk memperkenalkan Tuhan Yesus kepada dunia ini tidaklah sulit, tidak usah repot-repot mencari pedoman bersaksi. Tidak harus hapal ayat-ayat alkitab, tidak harus menguasai doktrin kristiani (walau nanti menjadi wajib setelah itu/nanti akan kita bahas) Tersenyumlah.  Apapun yang menimpa kamu, kegembiraan, kecewa, sedih, sakit hati, tanggapilah dengan senyum. Maka mereka yang jauh dari Tuhan akan bertanya, "Kok kamu selalu tersenyum?  Apa pun yang terjadi padamu, kenapa kamu bisa tersenyum? Apa rahasianya?"

Nah, ini. Di sinilah jurus pamungkas kamu.  Tanyakan pada dia.  "Saya selalu tersenyum? Mengapa? Karena Dia. Karena Yesus Kristus Tuhan kita."  "Itu rahasianya.  Saya selalu tersenyum karena kata Tuhan Yesus segalanya memang harus ada.  Sedih, senang, susah dan bahagia memang harus ada.  Sakit hati, kecewa, marah, dengki, dan sebagainya memang harus ada.  Segala hal yang negatif-negatif memang harus ada untuk mendampingi semua hal yang positif. Jadi dunia bukan hanya ada senang dan bahagia saja.  Kalau memang semuanya harus ada, dan kata Tuhan Yesus lagi, kenapa kita harus hanyut atau kalah sama keadaan yang negatif itu?"

"Bukankah kita anak Tuhan bisa menempatkan diri di luar yang negatif-negatif? Bisa mengalahkan yang negatif-negatif? Masih bingung?  Ini jawabnya. Kalau kita tidak sengaja mengiris tangan kita sendiri dan berdarah. Apa reaksi yang bisa kita keluarkan? Menjerit kesakitan atau tersenyum dan bertanya, wah .. sudah lama juga tubuh saya tidak berdarah.  Puji Tuhan, engkau mengingatkan saya untuk bisa berhati-hati lagi.  Atau apakah kita marah pada tangan yang satu lalu kemudian membalasnya dengan mengiris dia juga? He he he!"

Jadi, kawan, tersenyumlah.  Dunia kalah oleh senyumanmu.  Tuhan amat baik pada kita. Amin