Anda tentu pernah tahu siapa Robin Hood dan siapa Si Pitung. Robin Hood bagi bangsawan Inggris yang menjadi seterunya dia tidak lebih hanyalah sesosok penjahat (perampok) yang amat ditakuti. Tapi bagi kalangan rakyat jelata ia adalah pahlawan.
Si Pitung, bagi kompeni Belanda juga sama, ia adalah penjahat, penipu atau lebih parah lagi sama dengan Robin Hood ia seorang perampok. Tapi bagi rakyat Betawi saat itu (termasuk kita) dia adalah pahlawan yang ikut menyerang penjajah Belanda.
Yang menjadi renungan saya, mudah-mudahan bisa menjadi renungan kita bersama. Seandainya kita sama seperti rakyat jelata tersebut, sedang kesusahan, belum mendapatkan pekerjaan atau kalaupun ada pekerjaan hasilnya masih kurang. Kita masih membutuhkan bantuan orang lain. Sudikah kita menerima bantuan dari penolong yang uangnya boleh didapat dari hasil mencuri? Mencurinya banyak bentuknya misalnya korupsi, berbohong, manipulasi dan sebagainya. Sudikah kita menerima bantuan darinya? Mudah-mudahan tidak.
Mudah-mudahan rekan-rekan seiman sepakat dengan saya, hanya mau menerima bantuan dari orang yang CARA mendapatkan uangnya diberkati Tuhan. Kita pun hendaknya membantu orang dari hasil yang halal, yang diperoleh dengan CARA yang dikehendaki, diatur dan diperintah Tuhan.
Topik renungan kita adalah soal CARA Tuhan. Mengapa soal CARA ini menjadi perhatian saya? Saya teringat pada kasus yang terjadi pada Uza. Siapa Uza? Dia hidup di zaman Daud. Kisahnya, Tuhan membunuh dia karena ketika berusaha melindungi tabut Allah agar tidak rusak atau terkena aib karena lembu-lembu yang menarik gerobaknya tergelincir (2 Samuel 6:6-7), caranya salah. Uza melindungi tabut Allah dengan memegangnya. Itu cara yang salah yang melanggar larangan Tuhan. Akibat caranya yang salah, dihukumlah dia.
Dari sini soal CARA Tuhan jangan diabaikan, jangan pula menjadi batu sandungan buat kita.
Jika selama ini kita hanya peduli pada:
- perintah,
- ajaran,
- ketetapan,
- aturan, Tuhan
- larangan,
- kehendak
- hukum dan
- suara
dasar kita biasanya mengacu pada Ulangan 28 ataupun seluruh kitab di PB, maka marilah kita juga mulai memperhatikan, mentaati dan mematuhi CARA yang dikehendaki Tuhan.
Soal CARA karena tidak tertulis dengan jelas, kita sering mengabaikannya. Selain itu, mengapa kita sering mengabaikannya, karena kadang CARA Tuhan buat kita yang suka dengan yang serba instan terkesan lambat. Contoh: Tuhan membebaskan bangsa Israel dari Mesir butuh 430 tahun. Yosua untuk menaklukkan Yeriko harus mengelilingi temboknya selama 7 hari. Lama bertele-tele dan membuat kita tidak sabar.
CARA Tuhan dalam menolong kita juga kadang tidak enak, tidak selalu melalui berkat seperti yang dialami Abraham yang mendapat berkat keturunan, atau Petrus yang dirangkul Tuhan Yesus melalui pemberian berkat ikan banyak. Cara yang tidak enak itu contohnya pada rasul Paulus. Ia dirangkul melalui proses kebutaan, dan KITA ANAK-ANAK TUHAN KADANG DIRANGKUL TUHAN MELALUI SAKIT PENYAKIT.
Dan kalau kita perhatikan, kadang memang Tuhan seolah membiarkan CARA yang salah asal TUJUAN-nya baik - berkaca pada kisah Rahab (Yosua 2:2-6)- maka kita cenderung konformis. Mengijinkan cara yang salah asal tujuannya baik.
Rekan-rekan, mudah-mudahan setelah mengingat berbagai kisah tadi, kita mulai introspeksi diri untuk memperhatikan CARA kita, CARA keluarga kita, CARA teman kita sudah benar atau tidak. Biarpun tujuannya baik, kalau CARA-nya salah sebaiknya kita hindari. Bisa berakibat pada kematian.
Terakhir, bila saat ini kita sedang sakit, sedang susah, sedang dilanda prahara, sedang penuh masalah yang membuat kepala hampir pecah, berdoalah pada Tuhan, mengucap syukurlah. Karena itu mungkin salah satu CARA Tuhan dalam memproses kita untuk menuju ke berkat sorgawi yang begitu indah ketika dikenang setelah berkat itu sampai ke tangan kita. Tuhan memberkati kita. Amin.
Bahan tulisan dari berbagai sumber